Sepi Sang Penyu Teroleng-oleng sendirian Melayar rindu Di laut dalam janggawari
Alunan ombak Purus bermelankoli Merawan hati lara Sepi Sang Penyu Dalam kelam air asin Dalam olak air melayuh Dalam dingin air mengerip
Hampir lempur Lara sepi Sang Penyu Di laut dalam janggawari Teroleng-oleng sendirian Memendam rasa Memendam rindu Memendam pilu
Sepi hati Sang Penyu Hanya DIA YANG MAHA TAHU.
Umamah Al-Edrus 10hb April 2010 Gombak, K.Lumpur.
Khamis, 25 Februari 2016
TAMAN-TAMAN PUSPA Pagi mulai berdandan.Matahari dari punggung bumi mulai mengangkat alis matanya, sedikit demi sedikit, memboloskan pandangannya ke setiap penjuru alam. Lantas bumi, bukit-bukau, gunung-ganang dan pepohon hijau bangkit dari tidur yang culas. Daun-daun membuka wajah, membuka mulut lantas menghisap embun dari puting alam. Sementara puspa-puspa membelek muka, menata rias dengan kepelbagaian rona, tersengih-sengih lalu menghamburkan haruman dengan harapan bertemu jodoh untuk meneruskan zuriatnya.
Di celah-celah pepohon dan di gua-gua gunung, unggas dan haiwan melata yang malas menguap-nguap, sambil menahan silau dhuha yang sangat mengganggu ; di dera matahari agar bangkit dari tidur yang lena supaya keluar mencari rezeki. Kerana rezeki yang telah disediakan Tuhan itu tidak akan datang menggolek melainkan mesti berusaha mencari dan berusaha mendapatkannya. Namun sinaran mentari tidak sekuat dan sehebat puspa dalam menggerakkan diri. Haruman puspa, yang sudah cantik berdandan, merias diri dengan warna-warna pesona membuatkan unggas dan haiwan melata segera mencelikkan mata, menghidu haruman semerbak lalu menceceh dengan riuhnya, menari-nari bersama angin penjodoh sambil mengalunkan gurindam rindu. Rindunya bagaikan sepekan tidak bertamu sedangkan baru semalam tidak bertemu.
sh. umamah sy. abdullah al-edrus 7 Julai 2015 Kuala Lumpur.